ISBN | 9789793693156 |
Halaman | 388 |
Dimensi (cm) | 14 x 20,5 |
Berat (gram) | 339 |
Harga | Rp 75.000 |
Sampul | Soft Cover |
Kajian tentang turunnya Isa bin Maryam akhir zaman menjadi tema yang cukup menarik perhatian, khususnya pasca revolusi Arab yang menerpa bumi Suriah. Kaum muslimin Ahlus Sunnah Wal Jam’ah meyakini kebenaran nubuwat Rasulullah SAW tentang turunnya Isa bin Maryam secara hakiki, tanpa Takwil! Sebab riwayat-riwayat tentang turunnya Isa bin Maryam terlah sampai pada derajat mutawatir maknawi.
Di sisi lain kajian ini merupakan bagian dari akidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, namun banyak terdistorsi yang terjebak pada pemahaman keliru tentang hakikat turunnya Isa bin Maryam. Berangkat dari asumsi bahwa orang-orang Nashrani juga menanti sang juru selamat (yesus) di akhir zaman, lalu mereka mengklaim bahwa akidah tentang turunnya Isa AS adalah akidah Kristen. Padahal kaum muslimin meyakininya bukan karena membaca bible atau ramalan para pendeta Kristen. Kaum muslimin meyakininya karena keabsahan riwayat-riwayat yang mengisahkan tentang turunnya Isa bin Maryam AS.
Di sisi lain nubuwat tentang turunnya Isa bin Maryam adalah kabar gembira tersendiri bagi kaum Muslimin. Di tengah kerasnya konspirasi musuh-musuh islam dari jaringan thaghut internasional, maka janji Rasulullah SAW akan eksistensi segelintir umat islam yang dijamin mendapatkan kemenangan merupakan kabar gembira yang melapangkan dada, dan itu semua memiliki hubungan yang erat dengan turunnya Isa bin Maryam AS.
“Tatkala mereka telah sampai di Syam, barulah Dajjal muncul. Ketika mereka tengah mempersiapkan diri untuk berperang dan merapikan barisan, tiba-tiba datang waktu shalat. Pada saat itulah Nabi Isa bin Maryam turun. Ia memimpin mereka (untuk memerangi Dajjal). Begitu melihat Nabi Isa, musuh Allah si Dajjal pun meleleh hancur bagaikan garam yang mencair. Sekiranya ia membiarkannya, sudah tentu musuh Allah itu akan hancur leleh. Namun Allah membunuhnyha melalui perantaraan tangan Isa sehingga Isa menunjukkan kepada kaum muslimin darah musuh Allah itu yang masih segar menempel di ujung tombaknya.” (HR. Muslim : Kitabul fitan wa Asyratus Sa’ah No 5157)